Apel Kebhinnekaan

Bhinneka Tunggal Ika – Sudahkah tercipta?

Mereka bertiga hanya kata

Rangka sejuta makna

Yang dikhianati oleh pengucapnya

Apel Kebhinekaan

Masyarakat dan Ormas turut ambil bagian dalam Apel Kebhinekaan

“Bhineka Tunggal Ika” semboyan yang sejak lama menjadi pedoman negara Indonesia. “Berbeda-Beda namun Satu Jua” karangan Mpu Tantular ini menyatakan bahwa didalam negara Indonesia terdapat Masyarakat Majemuk. Dimana banyak keanekaragaman suku, bahasa, agama, budaya dan ras. Semboyan Sang Pujangga pastinya pernah kita pelajari saat duduk dibangku sekolah.
Pembacaan Janji Bela Negara

Pemerintah Indonesia sadar betul untuk terus memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk selalu hidup berdampingan dengan siapapun, rukun tanpa membeda-bedakan, karena dengan begitu Indonesia menjadi kuat dan tidak mudah diceraiberaikan. Maka diadakanlah Apel Kebhinekaan “Lintas Iman Bela Negara” yang berlokasi di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat pada Minggu (17/1).

Acara yang diselenggarakan oleh pemerintah dihadiri Menteri Agama, Menteri Pemuda dan Olahraga, Menteri Pertahanan, dan tokoh-tokoh agama dengan peserta umat katolik, islam, buddha, hindu, dan konghuchu turut hadir. Lebih dari 5000 orang dari semua golongan berkumpul mengikuti upacara dan pertunjukkan kesenian dari beragam budaya. Diharapkan hal ini memberikan rasa persaudaraan, kerukunan, dan kekuatan sebagai Warga Indonesia. Kemudian acara dilanjutkan dengan Seruan tokoh-tokoh agama. Seruan ini berisi tentang cita-cita Indonesia untuk selalu bergandengan tangan antar umat beragama dan terorisme dapat dileburkan. Semangat kesatuan lebih terasa saat semua peserta ikut mengkumandangkan Ikrar Pemuda Nusantara Lintas Iman Bela Negara. Suara lantang Ikrar diucapkan untuk menantang terorisme bahwa kita tidak takut terhadap ancaman-ancaman yang dapat memecahbelah persatuan. Yang penting adalah Kerukunan Beragama harus diterapkan sebagai pondasi kita. Yaps! Perlu kita ketahui apa sih pengertian “Kerukunan Beragama itu?” Pasal 1 Peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan nomor 8 Tahun 2006 menjelaskan, bahwa Kerukunan Umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling mengormati, serta menghargai kesetaraan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1995.” Dalam kutipan tersebut sudah dijelaskan sikap apa yang pantas untuk menghadapi kemajemukan masyarakat di Indonesia. Kerukunan akan hidup beragama, bukan sekedar terciptanya keadaan tidak ada pertentangan intern umat beragama dengan pemerintah. Akan tetapi, kerukunan yang didambakan adalah keharmonisan hubungan dalam dinamika pergaulan dan kehidupan masyarakat yang saling menguatkan.

Satu sisi, heteroginitas dan pluralitas masyarakat dapat menjadi suatu kekuatan yang positif. Tetapi pada sisi yang lain dapat menjadi kekuatan negatif. Jika kemajemukan masyarakat, tidak diarahkan akan menjadi sumber konflik yang menyebabkan instabilitas nasional lho!

Konflik yang terjadi mempunyai faktor utama penyebab timbulnya ketidakrukunan hidup umat beragama yaitu: kurangnya pengetahuan sebagian besar pemeluk agama terhadap ajaran agama sendiri dan ajaran agama pihak lain.Selain itu juga Pola pikir setiap pemeluk agama yang selalu mengklaim bahwa agamanya merupakan satu-satunya agama yang benar. Keadaan ini diperparah dengan ajaran untuk “menyelamatkan”seluruh umat manusia dengan memeluk nagama yang diyakini kebenarannya itu. Ironis dan Dilematis, mengingat kebanyakan orang yang memeluk agama tertentu dalam derajat yang lebih saleh justru semakin sadar bahwa hanya dirinyalah yang benar dan bahkan merasa “berhak dan berkewajiban “meluruskan” orang-orang yang tidak sepaham”. 

Apa sih solusinya? Solusinya adalah perlu dikembangkan paham pluralistik. Pluralistik bertumpu pada kesadaran akan keragaman nilai, budayadan agama masyarakat dunia yang tidak mungkin diseragamkan. Solusi lainnya adalah kejujuran dan fairness yang harus dijunjung tinggi. Kejujuran dan ketulusan selalu loyal kepada komitmen bersama. Itulah solusi yang terbaik dari yang terbaik. Pola pikir dan pola bersosial yang harus kita benahi agar menjadi masyarakat yang cinta akan damai!. Semoga kita dapat merealisasikan cita-cita Indonesia. Menjadi negara yang aman dan memiliki rasa solidaritas antar umat beragama. GBU!

yashinta/wu

 

 

admin

"Hidup ini seperti pensil yang pasti akan habis, tetapi meninggalkan tulisan-tulisan yang indah dalam kehidupan"

You may also like...

Paroki Jagakarsa

Paroki Jagakarsa