Kasih Adalah Kebersamaan Dan Sumber Kekuatan

Kasih Itu Harus Dibagikan

Bermula dari rumah Ketua Lingkungan PeGa (dibaca Petrus Tiga), tercetuslah ide arisan keluarga di Taman Tabebuya Jl. Moh. Kahfi I. Rupanya banyak warga yang menyetujui dan mendukung.

Puji syukur kepada Tuhan setelah tiga hari berturut-turut, tiap pagi Jakarta diguyur hujan, Minggu (14/02/2016) pagi Allah Bapa Yang Maha Kasih telah memberikan cuaca yang cerah dengan sinar matahari yang hangat. Pukul 10.00 WIB, orangtua, anak-anak dan beberapa OMK sudah berdatangan di Taman Tabebuya. Mereka membawa tikar dan alas duduk masing-masing. Para orangtua duduk ngobrol dan saling bercanda. Anak-anak ada yang berlarian kesana kemari, ada yang melihat sungai, naik jembatan, melihat bunga, dll.

Begitu ada pengumuman dari Mas Bayu, Mbak Dita dan Mbak Karin (OMK PeGa) bahwa acara mencari harta karun “(gambar)hati” akan dimulai, anak-anak pun berlarian mendekat dan berkumpul. Sebelum mencari harta karun “(gambar) hati” dimulai, Mbak Dita meminta Ketua Lingkungan untuk memberikan sambutan singkat dan dilanjutkan doa pembukaan oleh Pak Mulyono. Selesai doa pembukaan, anak-anak langsung berhamburan mencari harta karun “hati” yang disembunyikan di pohon-pohon, pot bunga, jembatan dan tanaman yang ada di bagian belakang Taman Tabebuya. Mereka yang dapat menemukan “hati” akan ditukar dengan coklat. Anak-anak yang kesulitan menemukan “hati” dibantu oleh orangtua mereka. Semua menemukan harta karun “hati” dan semua bergembira mendapatkan coklat.

Tiba giliran para orangtua ikut permainan. Permainan pertama yaitu empat pasang bapak ibu (suami-istri) dipanggil maju kedepan saling berhadapan. Para Bapak diberi waktu 2 menit untuk mengamati dan memperhatikan istri mereka masing-masing. Kemudian para bapak diminta menghadap belakang dan para istri kemudian dirubah penampilannya. Ada yang ditukar sandalnya, rambut semula tergerai kemudian diikat, yang semula pakai gelang dilepas gelangnya. Bapak-bapak yang dapat menebak paling cepat dan benar perubahan penampilan istrinya dialah pemenangnya.

 

Di permainan kedua, majulah empat pasang bapak ibu (suami-istri) yang lain. Sang suami ditutup matanya. Mereka harus menebak yang mana istrinya hanya dengan memegang tangan. Para Istri berdiri diacak, hanya boleh menyodorkan tangan untuk dipegang tanpa mengeluarkan suara apapun. Yang dinyatakan sebagai pemenangnya adalah Suami yang paling cepat dan benar memilih tangan istrinya. Permainan ini membuat kami semua tertawa terpingkal-pingkal. Ada Bapak yang sudah benar memegang tangan istrinya tetapi tidak yakin pindah ke tangan ibu lain dan malah ada yang terlalu yakin itu tangan istrinya padahal yang dipegang bukan tangan istrinya. Permainan ini untuk mengetahui sejauh mana sang suami mengenal istrinya. Namun ini hanya sekedar permainan.

Tidak terasa jam makan siang tiba. Pak Sugiyanto memimpin doa makan siang. Kami semua lahap menikmati makan siang dengan menu sederhana nasi pecel ndeso dengan lauk pauk tempe tahu bacem, ayam goring, bandeng presto dan karak. Selesai makan siang kami tutup arisan keluarga ini dengan saling tukar kado dan pembagian hadiah. Yang membuat kami senang bukan mendapat hadiah sebagai pemenang permainan atau tukar kado tetapi adalah berkumpul bersama warga lingkungan. Kami menyadari agar kami dapat saling mengenal dan saling membagikan kasih kepada sesama warga lingkungan kami harus sering berkumpul. Kasih adalah kebersamaan. Kasih adalah sumber kekuatan. Kasih harus dibagikan.

 

Inilah “valentine-nan” ala PeGa ! Puji Tuhan selamanya !

B. Yuyuk – Keling PeGa

You may also like...

Paroki Jagakarsa

Paroki Jagakarsa