Membangun Persaudaraan Sejati Antar Umat Beragama Dalam Mengamalkan Pancasila Menuju Jakarta Damai

Judul di atas merupakan tema tahun 2016 dalam pertemuan rutin tahunan Forum Komunikasi Umat Beragama [FKUB] se DKI, yang pada tahun ini pihak Katolik mendapat giliran sebagai Panitiya Penyelenggara. Enam orang wakil dari si HAAK Paroki Ratu Rosari hadir, antara lain Ibu Suheiningsih, Bpk. Uriyanto, Bpk. Chris Nugroho, Bpk Rohmad, Ibu Slamet dan Bapak Tidar.

Tentu pertemuan 3 jam ini dirasa kurang untuk membahas dialog antar agama, namun atmosfir damai dalam suasana persaudaraan sejati terasa kental tanpa sekat. Acara dibuka dengan melagukan Indonesia Raya oleh seluruh peserta pertemuan, kemudian dibuka oleh Bapa Uskup Mgr. Ignatius Suharyo Hardjo Atmodjo yang menekankan pada ingatan bersama dan identitas Dasar . Seperti umat Allah Perjanjian Lama mempunyai ingatan bersama tentang pembebasan dari perbudakan di bawah pimpinan Musa, bangsa Indonesia juga mempunyai sejarah sebagai ingatan bersama yang diawali dengan Kebangkitan Nasional 1908 sebagaii efek politik etis penjajah saat itu, berlanjut dengan Sumpah Pemuda 1928, memuncak pada Proklamasi kemerdekaan 1945 dan lahirnya Pancasila 1945. Pokok-pokok pikiran yang disampaikan oleh para narasumber:


Bapa Uskup Mgr. Ignatius Suharyo Hardjo Atmodjo 

Ingatan bersama dalam sejarah perjuangan keerdekaan itu menentukan identitas dasar Bangsa Indonesia yang befungsi memberi kekuatan pada saat bangsa Indonesia menghadapi tantangan dan kesulitan. Bagaimana umat Katolik mengimplementasikan ingatan bersama tersebut:

  • Oleh KAJ, Lambang gereja universal dengan slogan HENDAKLAH KAMU MURAH HATI SEPERTI BAPAMU MURAH HATI diubah menjadi KERAHIMAN ALLAH YANG MEMERDEKAKAN & AMALKAN PANCASILA
  • Harapannya adalah 5 tahun kedepan [2016-2020] Gereja di KAJ memahami arti Pancasila dan memahami pesan-pesannya dan mencari jalan kreatif mewujudkan pesan-pesan nya.

Sebagai contoh Bapa Uskup membawa Rosario Merah-Putih yang hanya ada di KAJ, yang segera akan diterapkan dalam bulan Rosario [Mei] dengan ujub persepuluhannya adalah sila-sila di Pancasila itu. Sila I, Untuk para Pahlawan, Sila ke-II Mewujudkan tanggungjawab kita untuk kemanusiaan, Silake-III Untuk kerukunan dan persatuan seluruh Indonesia, Sila ke-IV mohon kebijaksanaan pada seluruh pimpinan bangsa dan Sila ke-V Membangun Persaudaraan Sejati Antar Umat Beragama Dalam Mengamalkan Pancasila Menuju Jakarta Damai Paroki Kemakmuran – Bunda Hati Kudus Jl.K.H Hasyim Ashari 28, Jakarta 10130, pukul 09.00 – 13.00 renumgan untuk keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rosario merah putih ini mendapat aplaus yang luar biasa dari seluruh peserta, ditambah dengan sedang digodoknya lagu Pancasila Rumah Kita yangh akan dikenalkan untuk sekolah Katolik di KAJ, Semoga gerakan dari KAJ ini akan menyebar ke seluruh Indonesia, demikian harapan Bapa Uskup.

Ketua FKUB DKI Bapak Prof. KH. Ahmad Syafi’I Mufid

FKUB dengan dialog ini sudah dimulai sejak 2012, hasil dialog dibukukan didokumentasikan dengan rapi. Sejarah Sumpah Pemuda kembali dibuka sebagai asset bangsa. Tersebutlah Mohammad Tabrani Soerjowitjitro, salah seorang penggagas Sumpah Pemuda yang menentang penggunaan bahasa Melayu, beliau menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Suatu kenyataan bahwa Kelahiran bangsa Indonesia ini dibidani oleh kelompok2 suku dan agama yang dalam BPUPKI melahirkan Dasar Negara PANCASILA. Pesannya adalah bahwa tokoh2 agama harus terus berdialog untuk memecahkan masalah bila muncul kebuntuan berbangsa dan bernegara. Lalu apa yg dilakukan FKUB:

17 Agustus 2015 dibawah patung proklamasi FKUB meneguhkan kembali komitmen kabangsaan kita, perwujudannya berupa Penyelenggaraan Sekolah AgamaAgama Dan Bina Damai (SABDA) FKUB, angkatan I difasilitasi PGIB, angkatan 2 oleh KAJ, angkatan 3 oleh Lembaga Dakwah Islam Indonesia [LDII]. Semuanya didukung oleh majelis2 agama, juga kementrian agama da biro Binmental DKI. Pesannya adalah, walaupun Jakarta ramai dan panas dimanamana, namun dimata pemimpin agama, Jakarta tetap damai.

Dr. H. Abdurrahman, M.Sc Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta
Ditekankan pada membangun komunikasi dengan dialog yang digagas FKUB diselenggarakan secara bergantian akan didukung oleh pemerintah. Kementrian agama memberikan fasilitas FKUB tidak hanya tingkat propinsi namun sampai tingkat kotamadya dan kabupaten bahkan kecamatan dan kelurahan. Disebutkan bahwa kerukunan di Indonesia menjadi ikon dan perhatian dunia yang kuncinya adalah

  1. Regulasi yang tidak memberi celah perseteruan.
  2. Negara tidak berdasar agama, tetapi juga bukan negara sekuler, bahwa negara memberikan kebebasan beragama, tidak ada yang dominan, semua mempunyai kesamaan untuk berkembang sesuai Pancasila, sebagai ideology yg sudah final.

Hendra Hidayat Kepala Biro Dikmental [Pendidikan Mental dan Spiritual] Provinsi DKI Jakarta
Mantan Lurah Slipi dan camat Kebonjeruk, daerah yang selalu damai tanpa gesekan dengan pembahasan pada Komunikasi menjadikan toleransi menghasilkan kerukunan sehingga tercapai perdamaian yang sifatnya universal. Hal tersebut dialami keluarga adiknya yang tinggal di New York, merasakan kasih dan perlindungan warga sekitar yang Kristiani saat peristiwa runtuhnya WTC 09 September 2001. Dalam ulasannya disinggung tentang pendirian rumah ibadah akan selesai diproses hanya 2 minggu bila persyaratan sudah lengkap sesuai di lapangan. Juga disediakan dana hibah untuk lembaga-lembaga keagamaan. Bapak Topan, dari Kesatuan Bangsa dan Politik [KESBANGPOL] Kementerian Dalam Negeri Ditekankan bahwa pimpinan keagamaan hendaknya tidak hanya meneriakkan slogan damai, namun juga berbuat karena di dalam damai tersimpan bom waktu yang siap meledak bernama konflik, apalagi Jakarta merupakan rumah bagi 3 juta etnis jawa, 1 juta sunda, 2 juta betawi, dan lain-lain, 1 juta diantaranya kaum Nasrani, jadi usahakeras FKUB harus terus bergulir.

Acara diakhiri dengan dialog ringan saling mengukuhkan, doa dari wakil-wakil keagamaan, kemudian secara bersama melepas merpati sebagai symbol kebebasan dan perdamaian.

 

admin

"Hidup ini seperti pensil yang pasti akan habis, tetapi meninggalkan tulisan-tulisan yang indah dalam kehidupan"

You may also like...

Paroki Jagakarsa

Paroki Jagakarsa