MINGGU PANGGILAN : KISAH PANGGILAN
KISAH PANGGILAN
Sr.Henni Sidabungke RSCJ
Kongregasi Hati Kudus Yesus
Sejak kecil , seperti anda semua, saya memiliki tujuan hidup. Dari kecil, saya berharap bisa hidup bahagia, dan juga untuk bisa membahagiakan orang tua saya, khususnya mama Hanya saja, waktu itu ukuran kebahagiaan adalah Uang dan kesuksesan. Saya berpikir, orang yang kaya pasti tidak akan pernah memiliki masalah dalam hidupnya. Pikiran Ini yang memicu saya untuk rajin belajar disekolah demi cita cita saya. Tuhan membantu saya dengan menyediakan beberapa program beasiswa untuk menyelesaikan sekolah saya. Hingga menjelang kelulusan SMA, dibantu oleh pihak sekolah, saya diterima masuk universitas melalui jalur beasiswa dan prestasi di fak kedokteran USU. Saya sangat bahagia karena saya sadar lewat jalan ini, saya mampu menggapai cita cita saya. Namun rencana Tuhan beda, Tuhan menawarkan saya pintu lain untuk menuju kebahagiaan.
Pintu lain itu adalah lebih dekat padaNya dengan cara hidup membiara. Pintu ini saya sadari ketika saya bertemu dengan salah seorang suster RSCJ yang berpakaian sederhana, yang berasal dari Jepang di gereja kami di Samosir. Sama seperti sekarang saya disini, dia berdiri didepan dan menceritakan tentang kongregasi RSCJ, tentang visi misinya pada pendidikan khususnya orang miskin Beberapa hal yang membuat saya tertarik untuk mengikuti cara hidup suster ini:
Beliau ini adalah orang Jepang, dari negara maju dan kaya. Beliau juga seorang ketua yayasan sekolah Hati Kudus Yesus di Jepang. Ia datang ke Indonesia dengan misi RSCJ dan mengajar anak jalanan dan anak2 yang tinggal dipekuburan China di Jakarta. Beliau bercerita bahwa, seringkali ada orang orang yang menyumbangkan barang barang ke biara, tapi mereka memilih untuk memberikannya pada orang yang lebih membutuhkan. Hal yang paling menyentuh saya adalah Pengalaman ketika dia mengajar anak anak jalanan distasiun, anak anak yang diajarinya memukulnya, pulang ke biara berdarah darah, tapi dia tidak menceritakannya pada suster karena dia takut, kalau dia cerita, para suster lain tidak akan mengizinkannya lagi untuk melayani mereka. Detik itu saya sadar bahwa Hidup suster ini sangat bertolak belakang dengan impian saya, saya ingin jadi orang kaya supaya bahagia, tapi beliau meninggalkan kekayaan untuk bahagia. Dan pertemuan ini membuat saya bertanya tanya, saya bertanya apa sih yang membahagiakan beliau ini? Bukan uang, dan bukan kekayaan.
Untuk mengetahui apa sumber kebahagiaan suster ini, saat itu juga saya memutuskan untuk meninggalkan beasiswa tadi dan akan ke jakarta mengikuti suster ini. Pulang gereja saya sampaikan semua niat saya pada ibu saya, Tentu ini sangat sulit bagi orang tua saya, khususnya ayah. Ayah memiliki harapan seperti saya, dan sepanjang perjalanan saya, beliau sangat mendukung saya dalam belajar.
Ayah menolak rencana saya tapi saya tidak mundur, karena saya percaya, kalau ini adalah rencana Tuhan, dia akan bukakan jalan. Di komunitas ini saya melihat kenyataan hidup mereka, para suster berasal dari beberapa negara, karena kongregasi ini adalah kong internasional, ada dari negara india, Indonesia, timor leste, amerika, jepang, Korea, dan Inggris. Mereka semua orang luar tapi hidupnya sangat sederhana. Saya belajar bahwa uang bukanlah satu satunya sumber kebahagiaan.
Selain itu, Di RSCJ juga, saya menemukan sumber kebahagiaan itu, yaitu hati Yesus yang terluka. Saya belajar dan sadar bahwa ternyata untuk menjadi bahagia itu tidak harus lulus dari universitas pendidikan yang tinggi tapi juga harus lulus dari universitas mengelolah hati, hati yang harus bisa mencintai, dan juga hati yang bisa mengampuni. RSCJ juga mengajarkan pada saya bahwa ketidakbahagiaan itu disebabkan oleh konsep diri yang negative, oleh karena itu dalam kehidupan saya selama tiga tahun ini di biara, saya dituntut, dan dibantu untuk mengelolah luka luka batin saya, mengampuni dan menerima diri sya sendiri apa adanya. Saya dipanggil untuk dekat pada hati yang menderita, pada orang miskin, juga pada hati saya sendiri, karena disanalah ada sumber kebahagiaan total. Kebahagiaan yang paling kuat dalam hidup saya adalah ketika saya mampu mengolah luka masa kecil saya dengan ayah, dan memulai relasi yang baru dengannya.
Hingga ketika saya mengucapkan kaul pertama saya 2 tahun lalu, ayah saya memeluk saya dan mengatakan “ kamu telah memilih apa yang terbaik untuk masa depanmu”. Ayah saya di panggil untuk menjadi gembala untuk saya, mengenal dan menuntun saya ke jalan yang benar, demikian juga dengan bapak ibu semua. Semua dipanggil untuk mendengarkan panggilan Tuhan, bapak ibu juga dipanggil untuk mendengarkan panggilan Tuhan bagi anak anaknya, karena banyak orang tua jaman sekarang tidak mau merespon ketika anaknya memilih hidup membiara.
Untuk kaum muda mudi, mungkin anda sekarang sudah sukses,berpendidikan, tapi saya ingin mengundang anda untuk benar benar bertanya pakah anda benar bahagia dengan hidup anda sekarang? Kalau iya lanjutkan, kalau tidak, pergilah kehati anda sendiri, rasakan kekosongan hati anda, temui kami, para biarawan/ti. Kami siap jadi teman sharing anda, dan kami akan bantu anda temukan kebahagiaan anda. Jadi jangan pergi mengadu ke status facebook, atau media sosial lainnya, aku sepi, aku kedinginan, galau, dll. Pergilah ke hati anda karena Tuhan disana menunggu. Saya berharap dengan sharing pagi ini, anda sadar bahwa jalan Tuhan masih lapang untuk anda. Dengan senyum, Dia masih menunggu anda untuk datang kepadaNya.
Bapak ibu dan saudara2 semua, ketika saya berkaul, saya sadar bahwa saya milik Tuhan dan gereja. Saya bukan anak bapak ibu saya saja, tapi menjadi anak anda semua. Maka sebagai anak, saya tetap mohon doa kalian semua untuk perjalanan saya. Mari kita tetap mohon rahmat pada Tuhan, untuk bisa lebih peka mendengarkan suaraNya, dan memampukan kita untuk berani menjawab pangilanNya. Sekian dan terimakasih.