TUHAN BERSABDALAH SEPATAH KATA SAJA, MAKA AKU AKAN SEMBUH
Sabtu 27 Juni 2020
Renungan Sabda Allah. (Matius 8:5-17)
Pernah suatu ketika, seorang yang sedang sakit berobat secara online pada seorang yang berpraktek di sebuah klinik pengobatan alternatif. Karena rumahnya jauh dari tempat pengobatan alternatif itu, ia hanya mengirimkan fotonya kepada klinik tersebut. Beberapa hari kemudian dia menerima kiriman ramuan herbal yang harus diminum dari tempat pengobatan alternatif tersebut. Singkat kata, ia sembuh dari penyakitnya. Selain karena ramuan herbal itu, kita boleh yakin bahwa orang yang sakit itu sembuh karena ia yakin bahwa Tuhan menyembuhkannya, melalui perantaraan pengobaran alternatif tadi. Orang itu berobat dan sembuh tanpa berhadapan langsung dengan orang yang menyembuhkannya.
Kisah dalam Injil hari ini adalah tentang seorang perwira Romawi yang menemui Yesus ketika Yesus masuk ke kota Kapernaum dan meminta-Nya untuk menyembuhkan seorang hambanya yang berbaring di rumahnya dalam keadaan sakit parah. Hamba itu sangat ia sayangi. Ia seorang perwira yang berkedudukan tinggi di dalam kemiliteran Romawi yang sedang menjajah bangsa Israel dan terpandang terhormat di dalam masyarakat. Ia tidak mengenal agama bangsa Israel dan ini berarti ia tidak mengerti tentang Mesias atau nabi-nabi bangsa Israel yang pernah hidup dahulu. Yang ia ketahui dan yakini hanyalah bahwa Yesus mempunyai kuasa untuk menyembuhkan penyakit. Seharusnya perwira itu merasa malu dan jaga gengsi untuk datang menemui Yesus yang notabene adalah seorang anak tukang kayu; sedangkan ia seorang yang berstatus sosial tinggi dalam masyarakat.
Namun rupanya, kepercayaannya bahwa Yesus mampu menyembuhkan orang sakit, telah membuat perwira itu memutuskan untuk menemui Yesus dan meminta-Nya untuk menyembuhkan penyakit hambanya. Dengan tidak malu berarti perwira itu mempunyai kerendahan hati yang amat besar. Sekiranya tidak, tidak mungkin ia datang dan menemui Yesus. Ia melepaskan atribut kehormatannya yang ia sandang. Yesus yang sudah jauh sebelumnya melihat iman perwira itu, segera menanggapi dengan berkata bahwa Ia akan datang ke rumah perwira itu untuk menyembuhkan hambanya. Merasa tidak pantas bahwa Yesus akan datang ke rumahnya, perwira itu berkata: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” (Matius 8:8-9).
Yesus yang sudah memutuskan untuk pergi ke rumah periwa itu untuk menyembuhkan hambanya, heran terhadap sikap perwira itu yang meminta-Nya untuk tidak perlu datang ke rumahnya untuk menyembuhkan hambanya. Perwira itu percaya bahwa hanya dengan bersabda saja dari kejauhan, Yesus mampu menyembuhkan penyakit hambanya. Alasan mengapa ia tidak memperkenankan Yesus untuk datang ke rumahnya, ialah karena ia merasa bahwa Yesus adalah atasannya dan ia sebagai bawahan-Nya. Sebagai bawahan, ia harus hormat dan taat kepada atasannya, seperti ia sendiri mempuyai bawahan dalam dinas kemiliterannya yang hormat dan taat padanya. Bagi Yesus, iman perwira itu sungguh suatu iman yang luar biasa. Perwira itu merasa tidak pantas menerima kedatangan Yesus di rumahnya. Yesus menuruti permintaan perwira itu dan menyuruhnya pulang. Pada saat itu sembuhlah hambanya itu.
Yesus sangat terkesan dan memuji iman perwira itu karena iman sebesar itu belum pernah Ia temui diantara orang-orang Yahudi. Demikian pula hendaknya dengan kita. Kita bisa meneladan iman perwira itu terhadap Yesus. Dalam menghendaki sesuatu dari Yesus, hendaklah kita yakin bahwa Yesus pasti akan mengabulkan. Dengan segala kerendahan hati, karena kita orang berdosa, Yesus akan menyembuhkan luka-luka bathin kita. Itulah yang kita mohon setiap kali kita menerima komuni dalam perayaan ekaristi, dengan berkata: “Ya, Tuhan saya tidak pantas Engkau datang padaku, tetapi bersabdalah saja maka aku akan sembuh”.
Renungan oleh Pak Chris Nugroho
Seksi Katekese PJGRR