TUHAN YESUS, LENYAPKANLAH KEDEGILAN HATI KAMI

Senin 20 Juli 2020

Renungan sabda Allah. (Matius 12: 38-42)

Santo Paulus pernah berkata: “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.” (1Korintus 13:11). Seseorang yang sudah dewasa semestinya berpikir, berkata-kata dan bertindak secara dewasa, bukan secara kanak-kanak. Ia sudah melalui proses waktu untuk belajar meskipun harus jatuh bangun. Salah satu cara belajar ialah dengan menggunakan ke enam panca inderanya. Namun rupanya tidak semua orang mau dengan sungguh-sungguh melalui proses belajar itu sehingga hingga dewasa pun mereka masih seperti kanak-kanak, tidak berkembang.

Sifat-sifat orang-orang Yahudi, terutama orang-orang Farisi, antara lain ialah keras kepala, merasa benar sendiri dan meremehkan orang lain. Orang yang demikian ini pasti tidak mudah mempercayai orang lain, meskipun telah ada ada kejadian-kejadian yang telah mereka dengar yang sebenarnya dapat memberikan petunjuk kepada sesuatu yang benar. Mereka tidak mau belajar dari pengalaman-pengalaman. Mereka juga punya sifat ngeyel atau mbregudul (bahasa jawa), yaitu tidak mudah percaya. Mereka tidak menggunakan ke enam panca indra mereka untuk menangkap dan mengerti hal-hal yang terjadi dalam diri mereka. Mereka mengetahui hal-hal atau tanda-tanda secara lahiriah belaka, namun tanda-tanda batiniah yang berkaitan dengan iman kepercayaan tidak dapat mereka rasakan. Yesus pernah berkata: “Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak. Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.” (Matius 16:2-4).

Betapa konyolnya orang-orang Farisi dan orang-orang Yahudi, karena sulit sekali bagi mereka mengenali tanda-tanda bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka nanti-nantikan. Mereka menantikan kedatangan Mesias, namun Yesus yang benar-benar Mesias, tidak mereka percayai. Yesus pun tidak memberi tanda-tanda yang mereka harapkan karena tidak akan ada gunanya bila hati mereka ragu-ragu atau bahkan sama sekali menolak. Bagaimana ajaran Yesus dapat mereka percayai dan imani bila yang mereka andalkan hanyalah tanda-tanda lahiriah atau mukjizat dari Yesus. Mereka seharusnya sudah percaya akan Yesus sekiranya mereka belajar dari orang-orang Niniwe yang bertobat sesudah Nabi Yunus yang diutus Allah pergi kepada mereka untuk menyerukan pertobatan dan dari Ratu Syeba yang sampai pergi jauh menemui Nabi Salomo untuk mendengar kebijaksanaannya.

Permenungan bagi kita: semoga Roh Kudus membuka mata kita untuk melihat bahwa Yesus adalah Putra Allah, Penebus dosa manusia.

Renungan oleh Pak Chris Nugroho

Seksi Katekese PJGRR

 

You may also like...

Paroki Jagakarsa

Paroki Jagakarsa