MENJELANG RAPAT KARYA 2018 DEWAN PAROKI PLENO – Part 1
BERKREASI DI SUASANA HIRUK PIKUK
“Imagine there’s no heaven, It’s easy if you try, No hell below us, Above us only sky, Imagine all the people, Living for today…” – John Lennon (1940-1980)
Penggalan lirik lagu yang disenandungkan John Lennon di atas (dan bait-bait selanjutnya) membawa imaji ke sebuah suasana dunia yang nyaman, aman, mudah, tenteram, namun sekaligus memabukkan. Padahal, faktanya, dunia sekitar kita hiruk pikuk, riuh rendah nggak keruan. Sepanjang hari dari bangun tidur hingga menjelang tidur lagi kita berhadapan dengan aneka suasana yang berubah-ubah, zig-zag, ajlut-ajlutan dan memacu adrenalin.
Riuhnya dunia ini tergambar dari data AMA (American Management Association): dalam sehari indera kita diterpa lebih dari 10.000 simbol-simbol yang memiliki makna yang berbeda-beda (gestur orang lain, lagu, desain visual, bahasa, hingga logo, merek dan jingle iklan).
Sedangkan menurut insight yang dirilis oleh Brightside, manusia cenderung cepat lupa, hanya memiliki teman yang terbatas, bahagia justru ketika sibuk, hanya bisa mengingat 3 hal dalam sekali waktu, sering tertipu persepsi visual, menghabiskan 30% waktu untuk berkhayal, namun sulit untuk mengerjakan 2 hal sekaligus.
Nah, jika menengok ke diri kita masing-masing, pasti sepakat dengan sebagian besar uraian di atas. Persoalannya -dalam konteks karya di paroki (lingkungan, seksi, kategorial, dll)- apakah ingatan kita tetap segar diterpa berbagai keriuhan ini? Misalnya, apakah ingat untuk menghadiri pertemuan lingkungan dan pada saat yang sama sudah berjanji akan melaksanakan program di tempat lain? Juga, apakah masih bisa jernih (peka) menangkap simbol-simbol pergaulan sosial di sekitar? Peka untuk mengerti kesulitan sahabat, umat se-lingkungan, atau pengurus lain? Terlebih lagi, apakah kita memiliki spirit kuat untuk menghadapi semua itu, atau memilih menyerah dengan alasan sibuk dan sejenisnya?
Jujur saja, sulit melakukan semua itu. Namun apa boleh buat, kita harus bisa.
Di saat sibuk beraktivitas, seluruh jajaran Dewan Paroki Pleno harus menyusun rencana Progam Karya (Proka) untuk pelayanan umat paroki. Di saat diterpa berbagai masalah di rumah dan kantor, masih harus mengerahkan energi kreatif agar rencana program berkualitas tinggi. Memang sulit. Namun jangan khawatir karena akan ada tangan-tangan yang membantu, terutama tangan-Nya yang senantiasa menemani sepanjang waktu.
Umat se-paroki juga perlu memahami hal ini, bahwa para wakil-wakilnya sedang berjibaku memikirkan cara terbaik mewujudkan layanan, yang dijalani dengan penuh keikhlasan dan cinta kasih. Namun satu hal yang diyakini, bahwa kita semua bahagia justru ketika sedang sibuk. Inilah modal sosial yang ampuh untuk membangun semangat karya yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Namun untuk menenangkan pikiran, bolehlah sambil mendendangkan lagu John Lennon di atas! Amin. (SPH)