Merayakan Bunda Maria yang Diangkat ke Surga dengan Mulia
Setiap tanggal 15 Agustus, Gereja merayakan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Pada perayaan ini, secara tegas kita mengimani dan meyakini bahwa Bunda Maria telah diangkat ke Surga secara jiwa dan raganya. Hal ini merupakan bukti bahwa Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan diatas segala tuan.
Ajaran dogmatis Gereja tentang S.P. Maria diangkat ke surga telah diumumkan oleh Paus Pius XII, yang pada tahun 1950 sebagai ajaran dogmatis iman kita ini. Ajaran yang secara resmi diumumkan oleh Paus tersebut bukanlah suatu ajaran baru, sebab sudah berabad-abad diperingati dan diteruskan dalam tradisi Gereja. Doktrin ini berhubungan dengan Dogma Immaculate Conception/ Maria dikandung tanpa noda, yang diajarkan oleh Bapa Paus Pius IX, 8 Desember 1854. Paus Pius XII berkata : “Adalah suatu kebenaran iman yang diwahyukan oleh Allah, bahwa Maria sebagai Bunda Allah, yang selalu perawan, sesudah menempuh hidupnya di dunia telah diangkat ke kemuliaan surgawi”. Dan Konsili Vatikan II dalam dokumennya tentang Gereja meneguhkan lagi ajaran dogmatis tentang Maria tersebut : “Perawan tak bernoda [yaitu Maria], yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat memasuki kemuliaam di sorga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan diatas segala tuan (lih. Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan maut” (LG 59).
Umat Kristen non- Katolik banyak yang mempertanyakan hal ini, dan berpikir bahwa Gereja Katolik ‘menciptakan’ Dogma yang tidak berdasarkan Kitab Suci. Sebab bagi mereka sumber Wahyu Ilahi hanyalah Kitab Suci. Namun bagi orang Katolik, Wahyu Ilahi juga diperoleh dari Tradisi Suci yang telah berakar dan tumbuh di dalam Gereja Katolik,di mana Tradisi Suci ini tidak terpisahkan dari Kitab Suci. Maka hal Maria diangkat ke Surga juga memiliki dasar Kitab Suci, walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit. Jadi jika Gereja Katolik mengumumkan suatu doktrin, itu sebenarnya hanya mengumumkan apa yang sudah lama diimani oleh Gereja, dan bukannya sesuatu yang baru tiba-tiba ditambahkan.
Dalam pembukaan Munificentissimus Deus(MD, 3) yang menyatakan dogma Bunda Maria diangkat ke Surga, Bapa Paus Pius XII mengatakan bahwa dalam sejarah keselamatan, Bunda Maria mengambil tempat istimewa dan unik. Ini mengacu pada ayat Gal 4:4, di mana dikatakan, “…Setelah genap waktunya”, bahwa dalam pemenuhan rencana keselamatan Allah ini, Allah dengan keMahakuasaan-Nya memberikan hak-hak istimewa kepada Bunda Maria, agar nyatalah segala kemurahan hati-Nya yang dinyatakan kepada Bunda Maria, dalam keseimbangan yang sempurna. Maka bahwa jika untuk melahirkan Yesus, Bunda Maria disucikan dan dikandung tanpa noda dosa, dan selama hidupnya tidak berdosa (karena tidak seperti manusia lainnya, ia tidak mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa/ concupiscentia), maka selanjutnya, adalah setelah wafatnya, Tuhan tidak akan membiarkan tubuhnya terurai menjadi debu, karena penguraian menjadi debu ini adalah konsekuensi dari dosa manusia.
Nubuat Simeon tentang Bunda Maria juga menunjukkan jalan kehidupan Bunda Maria, yang melalui penderitaan, dan bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya (Luk 2:35) dan ini terpenuhi dengan penderitaannya melihat Yesus Puteranya disiksa sampai wafat di hadapan matanya sendiri. Penderitaan tak terlukiskan ini mempersatukannya dengan Kristus, dan karenanya layaklah ia menerima janji yang disebutkan oleh Rasul Paulus, “… jika kita menderita bersama-sama dengan Dia…kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” (Rom 8:17). Dan karena Bunda Maria adalah yang pertama menderita bersama Yesus dengan sempurna, maka layaklah bahwa Tuhan Yesus memenuhi janji-Nya ini dengan mengangkat Bunda Maria dengan sempurna, tubuh dan jiwa ke dalam kemuliaan surga, segera setelah wafat-Nya. Namun dasar yang kuat dari pengangkatan Bunda Maria ke Surga adalah karena Maria adalah Bunda Allah. Sebab “kemuliaan seseorang terletak dalam menghormati bapanya, dan malu anak ialah ibu ternista” (Sir 3:11). Maka fakta bahwa Kristus mengasihi Bunda-Nya Maria, dan mempersatukannya di dalam misteri kehidupan-Nya, menjadikannya layak bahwa perempuan yang diciptakannya tidak bernoda dan perawan yang dipilih-Nya untuk menjadi ibu-Nya, menjadi seperti Dia, menang dengan jaya atas kematian melalui pengangkatannya ke surga sebagaimana Kristus telah menang atas dosa dan maut melalui Kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga.
Perlu kita ketahui bahwa Bunda Maria ‘diangkat’ ke surga, dan bukan ‘naik’ ke surga. ‘Diangkat’ berarti bukan karena kekuatannya sendiri melainkan diangkat oleh kuasa Allah, sedangkan Yesus ‘naik’ ke surga oleh kekuatan-Nya sendiri. Bagi orang Katolik, peristiwa Bunda Maria diangkat ke surga adalah peringatan akan pengharapan kita akan kebangkitan badan di akhir zaman, di mana kita sebagai orang beriman, jika hidup setia dan taat kepada Allah sampai akhir, maka kitapun akan mengalami apa yang dijanjikan Tuhan itu: bahwa kita akan diangkat ke surga, tubuh dan jiwa untuk nanti bersatu dengan Dia dalam kemuliaan surgawi. Maka, Dogma Maria diangkat ke surga, bukan semata-mata doktrin untuk menghormati Maria, tetapi doktrin itu mau menunjukkan bahwa Maria adalah anggota Gereja yang pertama yang diangkat ke surga. Jika kita hidup setia melakukan perintah Allah dan bersatu dengan Kristus, seperti Bunda Maria, kitapun pada saat akhir jaman nanti akan diangkat ke surga, jiwa dan badan, seperti dia.
Dengan diangkatnya Bunda Maria ke surga, maka ia yang telah bersatu dengan Yesus akan menyertai kita yang masih berziarah di dunia ini dengan doa-doanya. Karena berpegang bahwa doa orang benar besar kuasanya (Yak 5:16), maka betapa besarlah kuasa doa Bunda Maria yang telah dibenarkan oleh Allah, dengan diangkatnya ke surga.
Gereja meyakini bahwa Bunda Maria telah dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi kediaman bagi Sang Putera, yaitu Kristus Tuhan sendiri. Dia telah menjalani hidup dengan kesucian yang luar biasa, dan pada akhir hidupnya pasti mendapatkan keistimewaan dari Allah. Ajaran yang mengatakan dan meyakini bahwa Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya merupakan suatu bentuk ungkapan dan keyakinan iman. Mengutip perkataan Bapa Suci Fransiskus, dalam homilinya pada 15 Agustus 2017, ia mengajak kita untuk bersyukur. “Dengan merenungkan dirinya hari ini naik ke surga, dalam penggenapan akhir rencana perjalanan duniawinya, kita berterima kasih kepadanya karena ia selalu berjalan di depan kita dalam peziarahan kehidupan dan peziarahan iman – ia adalah murid yang pertama”
Selamat merayakan berpesta, dan semoga doa-doa kita kepada Allah melalui Bunda Maria dapat tersampaikan dan terkabulkan. Tuhan memberkati.
Isti Nugroho